Membaca Siratan

 





" Membaca siratan dari bahasa manusia itu lebih susah daripada membaca siratan dari semesta. "









Karena semesta mengatakan semua tanpa perasangka, tanpa maksud apapun selain benar-benar ingin mengutarakan.  Semua jujur terutarakan dari tiap hembusanya, hanya bahasannya.. memang.. mereka punya bahasa sendiri. Dan itu bahasa siratan, bahasa yang harus dipahami dengan kepekaan.

Sedangkan siratan bahasa manusia bercabang makna dan arah. Takut jujur karena ada banyak hukum alam yang mengatur semua bahasanya. Bahasa lisan, basaha tubuh, bahasa isyarat.. semua tersusun ber aturankan hukum norma keyakinan juga hukum moral dunia. Singkatnya ucapan, mengundang banyak tanya. Diam memancing banyak perasangka.
Ketakutan membuka maksud hanya karena tak ingin melanggar hukum apapun.

Andaikan manusia meniru bagaimana alam bebincang, mereka tak perlu banyak memedam maksud. Kejujuran Alam mengatakan setiap apapun yang terjadi justru membuat seluru penghuni bumi menerima dia apa adanya, tak menjemukan, tak menjengkelkan, justru menjadi menarik untuk diulas berualang kali, bahkan sampai tak sebagian dari mereka memperlajari bahasa mereka.

Tak usah berpikir terlalu susah apa yang dimaksud dengan kejujuran bahasa alam. Jagat raya semua hidup, mereka bertasbis, jelas membuktikan sebenarnya mereka bisa berbicara, namun dengan bahasa mereka sendiri-sendiri. Sama halnya dengan manusia, Tuhan ciptakan beragam manusia tanpa ada kesamaan apapun, jutaan manusia yang Dia ciptakan, jika dilihat satu persatu jatuhnya semua terhitung satu..satu.
Ibaratkan keragaman itu bintang di malam.
Semua sama-sama bintang, namun mereka berbicara sesusai bahasa mereka yang bisa dilihat dari kelipan cahanya.
Bila diibaratkan dengan alam.. Bintang, Bulan, Matahari, Hujan, Awan, Burung, Tumbuhan, dan semua berbicara dengan bahasa mereka masing-masing.

Batu ingin melihatkan kalau dia juga menyembah Allah dengan meniru gerak sujud manusia
Burung-burung tak pernah menyembunyikan maskud saat badai akan datang,
Ikan-ikan rela mati untuk menjadi pertanda datangnya Tsunami, Petir dan kilar rela mendapat predikat jahat padahal mereka menjadi pertanda datangnya rakhmat,
Angin manggarakkan ilalang untuk mengatakan "aku ada disini menemanimu",
Dandelion rela bercerai berai untuk menyapikan doa semut-semut, dan mungkin doamu juga ^^
Awan mau setiap detik mengubah bentuk agar bumi tak ribut karena terik matahari,
Matahari dan Bulan hadir untuk sampaikan pada penduduk bumi " Hari ini cerah ^^ "
Lebah tak pernah mengendap-endapkan sayapnya saat menemukan ladang madu baru pada para spesiesnya hingga mata yang melihat indahnya taman dengan kehadiran mereka.

Belajarlah meniru jujurnya alam menyampaikan maksudnya. Mereka yang suaranya tak terdengar selalu berusaha menyampaikan maksud dengan cara apapun, kenapa kita yang tercitpa lengkap masi saja salalu menyimpan perasangka dengan maksud-maksud yang selalu ingin ditebak pasti, padahal bahasa isyarat lebih banyak macamnya ketimbang bahasa jujur. Kenapa menyuruh orang mempelajari bahasa tambahan kalau ada bahasa yang lebih bisa dimengerti..?? 

" Utarakan tanpa banyak siratan, dan tangkap tanpa tumpukan perasangka.
Imanmu yang akan melindungi hal buruk terjadi padamu. "

Bicaralah apa yang ingin diungkapkan, percayakan pada Rabbmu sebagai sebaik-baiknya Pelindung. Allah tau mana saja hal yang harus disembunyikan, Dia mengalir dalam darahmu, menginstruksikan seluruh anggota badanmu melalu darah yang mengatarkan oxigen ke otak.

Jangan terlalu banyak membuang air mata. Karena air mata adalah sebagian dari darah. Buang air mata seperluanya saja. Karena Syaitanpun juga bisa masuk dalam darah. Buang air mata hanya untuk membuah Syaitan dari aliran darahanya, misalkan air mata penyesalan, air mata taubat, dsb.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rayuan Alam, Part : Kutulusan Bukit dan Gunung

Yaa~ begini ya.. Cuma pengan ngomong aja.~