Dunia fana hitam tapi tak pekat

Dunia fana hitam tapi tak pekat. Meraba-raba sambil berjalan. Niatnya kaki berlari mengejar impian tapi jarak pandang 1 cm pun tak samapai
Berkata A hari ini, besok terdengat B, tak sampai waktu 9 menit tertinggal dibelakang, suara sudah berubah C

Banyak kebohongan yang sengaja dibenarkan sendiri untuk menjelma-kan hari agar tidak munafik.

Sengaja menjahui yang tidak bersalah. Cemburu pada yang tidak tahu apa-apa. Suatu fenomena biasa. Padahal sudah tau itu dosa.

Apa yang bisa dunia lontarkan untuk memberi komen pembicaraan naluri manusia yang manusianya sendiri tak sampai nalar untuk menjawan pertanyaannya sendiri. Sampai pada akhirnya semua disimpukan dengan bibir yang mengatup. Siapa yang bisa memhami diam? Manusia bukan diam.

Ketika jujur dirasa menjadi beban yang paling berat untuk diinfakkan pada yang kurang mengerti. Sedekah jujur sama berharganya seperti nasi untuk perut yang merengek 2 hari. Andai di sadari. Kesusahan menulis adalah salah satu tanda susahnya jujur keluar dari bahasanya. Apa yang perlu difikirkan dari sebuah tulisan. Luka jujur. Tak ada yang perlu banyak dihapus, kecuali kuranganya huruf ditengah yang wajib disempurnakan agar tak berganti makna.

Menjelma bersama malam. Terbang bersama burung hantu. Berkuku-kuku bernyannyai untuk menyambut tamu jauh. Kunang-kunang.

Tak ada yang perlu dipahami bila yang keluar hanya diam. Diam itu tak berarti. Kenapa mau bersusah susah mengartikan diam. Manusia bukan diam. Ada banyak hal yang dapat menjadi media radiasi untuk menyatakan kejujuran. Atau sengaja membiarkan fakta tanda tanya hari ini menyublim bersama hawa?
Penakut!!
Atau menunggu aku untuk menjujurkan sesuatu..?? Tanyakan saja apa yang ingin ditau. Aku jawab. Jujurku.. Tuhanku yang memilah penting tidaknya setiap kata yang diucap nanti. Akan ada banyak cara yang Tuhan lakukan untuk melindungi hal yang Dia anggap aib. Yang jelas bukan dengan cara menambah volume munafik untuk dunia.

Lilin bersama lampu yang mati,
Bersandar pada tetesan tubuhnya sendiri.
Mengikhlaskan diri meleleh untuk menjadi temanmu
Cuputan air keran di dalam mangkuk tempat dia menancap, banyak orang tak percaya padanya bahwa ia hanya berniat menerangi. Takut kebakaran. Padahal dia yang lalai.
Tanpa curiga harusnya mereka merasa aman,
Toh mereka tau apa yang bisa membesarkan api lilin, apa yang bisa membuatnya langsung padam bila memang habis.

Comments

Popular posts from this blog

Rayuan Alam, Part : Kutulusan Bukit dan Gunung

Yaa~ begini ya.. Cuma pengan ngomong aja.~